SELAMAT DATANG DI WEB BLOG RESMI PIMPINAN ANAK CABANG IPNU-IPPNU KECAMATAN PECANGAAN

Kamis, 27 Oktober 2011

Tingkatkan Kualitas Dengan Blog

Kader NU di Era Global
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama’ yang mempunyai wilayah garap pelajar dan santri. Kaderisasi atau perekrutan anggota merupakan tugas utama IPNU-IPPNU. Sehingga dalam pelaksanaan organisasi terdapat berbagai program yang bertujuan untuk menghasilkan kader NU yang berkualitas.

Dengan melihat kemajuan zaman yang sangat pesat sekarang ini, mempunyai kader yang berkuantitas tinggi tidak menjamin organisasi tersebut menjadi maju, namun peningkatan kualitas kader baik secara kolektif maupun personal adalah hal utama dalam memajukan suatu organisasi utamanya IPNU-IPPNU.

Fenomena kemajuan tehnologi yang sangat pesat ini memerlukan sikap peka dan turut andil dalam kemajuan tehnologi agar keder NU tidak terkesan gagap tehnologi (Gaptek) dan kolot. Salah satu hal yang dapat kita aplikasikan kedalam hal berorganisasi adalah dengan membuat akun organisasi kita di situs-situs sosial seperti facebook, twitter dan blogger.

Dengan adanya kemajuan tehnologi yang pesat tersebut dapat memberikan banyak manfaat kepada kita antara lain adalah dapat membuat organisasi kita semakin terkenal dan mempermudah kita dalam menjalin kerjasama antar pengurus. Selain itu, manfaat lain yang dapat kita hasilkan adalah dapat menjalin kerjasama yang baik antar pengurus organisasi lain.

Tingkatkan Kualitas Dengan Blog
Blog atau website adalah sebuah alamat atau database yang terdapat didunia maya. Di dalamnya dapat kita isi dengan berbagai jenis tulisan maupun aplikasi. Baik itu gambar, tulisan, dokumen, video dan lain-lain.

Blog menjadi sarana publikasi tulisan yang termudah sekaligus strategis. Kita sudah pada tahu, salah satu masalah utama yang dialami kebanyakan organisasi kecil adalah  publikasi yang kurang sehingga banyak masyarakat yang tidak mengerti peran kerjanya.

Media massa umum seperti koran, tabloid, majalah, jurnal, sering kali terbatas ruangnya dan mematok standar kualitas tulisan tertentu. Setiap hari, ribuan tulisan masuk ke meja redaksi berbagai media massa, tapi hanya sedikit saja yang bisa dimuat. Selain itu, media masa yang sering kita jumpai di masyarakat juga mematok harga yang tinggi untuk menerbitkan satu berita.

Dengan mengunakan blog suatu organisasi dapat mempublikasikan peran nyata suatu organisasi baik itu berupa berita, artikel maupun penemuan-penemuan lain. Blog memberikan suatu pembelajaran kepada anggota IPNU-IPPNU untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam berfikir maupun berkreasi. (Rif’ul Mazid Maulana)

Selasa, 25 Oktober 2011

PAC Pecangaan Sosialisasikan Pilkada

Jepara- Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pecangaan mengelar sosialisasi pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jepara tahun 2012, pada senin (22/8) di gedung  Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama’ (MWCNU) kecamatan setempat.
Sosialisasi tersebut diikuti oleh 70 peserta dari berbagai elemen organisai pelajar, diantaranya adalah dari Orgabisasi siswa intra sekolah (OSIS), Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU Se Kecamatan Pecangaan.
Khoirul, anggota PPK mengungkapkan bahwa semenjak ditetapkannya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah setiap Kabupaten atau Kota dapat menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). “Undang-Undang No. 12 tahun 2008 dengan jelas menegaskan tetang penyelenggaraan Pemilihan Umum, selain itu juga didukung dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemda dan UU No. 22 tahun 2004 mengenai Pemilu,” Ungkap khoirul.
Pada Pemilu yang akan dilaksanakan tanggal 29 Januari 2011 nanti, KPUD kabupaten Jepara telah membentuk 16 PPK, serta mempersiapkan Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) yang bertugas untuk memonotoring terhadap berjalannya Pilbub Jepara, serta menindak lanjuti laporan tindak kecurangan dalam Pemilu.
Ketua PPK Kecamatan Pecangaan, Budi Sulistiawan mengatakan bahwa sosialisasi Pilbup ini diadakan sebagai upaya untuk mengurangi angka golongan putih (Golput). “Masyarakat Jepara mempunyai kesadaran politik yang rendah hal itu terbukti dengan presentasi pemilu di Jepara. Pada pemilihan Presiden presentasi pemilih mencapai  74 %, Pemilihan legislatif 71 %, pemilihan Gubernur 69 % dan presentasi terendah pada Pilbup yang hanya mencapai 55,7 %,” terangnya.
“Generasi muda seharusnya mempunyai kesadaran politik sehingga partisipasi kelompok muda sangat di nati untuk menentukan kemajuan Jepara lima tahun mendatang,” punkasnya.(rmm)

PC IPNU-IPPNU Jepara Adakan Diskusi Rutin

Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) Kabupaten Jepara menggelar kegiatan halal bihalal dan Diskusi, pada Ahad (02/10) di gedung NU Jepara. Narasumber pada kegiatan tersebut adalah KH Nuruddin Amin, S.Ag (Ketua PC NU Kabupaten Jepara).

Kegiatan yang di ikuti oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) se Jepara dan Alumni Latihan Dasar Kepemimpinan Pelajar dan Santri (LDKPS)  yang tergabung dalam komunitas Cikal NU tersebut, di awali dengan kegiatan ramah tamah dan halal bihalal. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dengan tema strategi pelajar NU dalam mempertahankan Ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah.

Muhammad Muftil Umam, ketua IPNU cabang Jepara menuturkan bahwa kegiatan diskusi tersebut merupakan program nyata IPNU-IPPNU dalam menciptakan kader-kader yang baik dan dapat menghadapi persaingan global.

“Kaderisasi seharusnya tidak hanya memprioritaskan pada aspek kuantitas melainkan harus mengupayakan kualitas kader, sehingga dapat menghasilkan kader-keder yang berahklakul karimah dan berintelektual unggul,” tuturnya.

Kegiatan diskusi tersebut nantinya akan dilakukan setiap minggu, hingga mencapai puncaknya pada kegiatan Konferensi Cabang (Konfercab) pada tanggal 9-10 November nanti.

Muftil mengharap peran serta dari seluruh PAC yang ada di Jepara untuk mengikuti kegiatan tersebut. “Peran serta seluruh PAC dalam diskusi rutinan ini sangat kami nantikan karena  tujuan dari kegiatan ini adalah akan dihasilkannya suatu motivasi, semangat serta inovasi untuk memperbaiki Pimpinan Cabang dan menghidupkan beberapa PAC yang sudah tidak aktif,” harapnya.

KH Nuruddin Amin, S.Ag ketua PC NU Jepara mengatakan bahwa kegiatan diskusi tersebut dapat mengembleng mental dan pola pikir generasi muda NU sehingga dapat membentengi dirinya dari pengaruh radikalisme. “Masa muda merupakan masa dimana kita masih mengalami suatu fase pencarian jati diri, sehingga kegiatan-kegiatan seperti ini sangat penting di adakan agar kita dapat menyaring ajaran-ajaran islam yang salah,” ucapnya.

“Saya sangat mengapresiasi kepemimpinan Muftil ini karena diakhir jabatannya terjadi sebuah gairah keorganisasian, sehingga akan menjadikan IPNU-IPPNU di Jepara ini semakin berkembang dan menjadi lebih baik,” pungkasnya.

PC IPNU-IPPNU Jepara Adakan Lakut

Jepara-Pimpinan cabang ikatan pelajar nahdlatu ulama' dan ikatan pelajar putri nahdlatul ulama' Kabupaten Jepara mengadakan Latiham kader utama (LAKUT) pada Jum'at sampai Ahad (29-31/07) di gedung NU Jepara. Lakut tersebut diikuti oleh 32 peserta dari 11 Pimpinan Anak Cabang yang ada di Jepara.

Ketua kegiatan tersebut, Naslur mengatakan bahwa Lakut merupakan puncak kaderisasi secara formal yang dilakukan oleh PC IPNU-IPPNU Jepara. "Dalam skema kaderisasi secara terstruktur ditingkat pimpinan cabang, lakut merupakan bagian tertinggi setelah Makesta dan Lakmud," ungkapnya.

"Salah satu tujuan diselenggarakannya LAtihan Kader Utama adalah menciptakan kader-kader IPNU-IPPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah dan mempunyai kesadaran yang tinggi serta memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi." Jelasnya saat memberikan materi perkenalan.

Dalam kegiatan tersebut, para peserta dilatih dan dibekali ilmu dalam berorganisasi. Materi yang diajarkan pada Lakut tersebut adalah materi Ahlussunnah Wal Jama'ah, ke-NU-an, IPNU-IPPNU, Kepemimpinan, Strategi Planing, gerakan Sosial, analisa sosial dan networking lobying.

"Selain materi yang formal, pada Lakut kali ini para peserta juga dibiasakan dengan melestarikan amaliyah-amaliyah warga Nahdlatul Ulama' seperti solat tahajud, Sholawatan, baca al barjanzi dant ahlil." tutur Muhammad Muftil Umam ketua PC IPNU kabupaten Jepara.

kegiatan yang berlangsung tiga tersebut juga mendatangkan pemateri-pemateri yang mumpuni dalam bidangnya, seperti Nur Rohman Fauzan, M Jauharuddin, Zakariyah Anshori, Khoirul Muslimin, Nur Rohman, Muhaimin (Ketua PW IPNU Jawa Tengah) dan Nikmatul Azizah (Ketua PW IPPNU Jawa Tengah). (Rif'ul Mazid Maulana)

KH ABDUL WAHID HASYIM

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.

Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.

Wahid Hasyim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.

Abdul Wahid Hasyim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah.

Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasyim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI.

Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa.

Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasyim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif.

Nilai-nilai Ahlussunah Wal Jama’ah

Seperti telah disampaikan di atas, bahwa ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah adalah ajaran Islam yang sebenarnya, seperti yang diamalkan oleh Rasulullah, sahabat-sahabatnya, dan para pengikut berikutnya.
Ada empat nilai yang menjadi watak dan sikap Ahlussunah Wal Jama’ah sehingga mampu bertahan sampai sekarang.

Tawassut dan I’tidal
Artinya, sikap tengah dan adil dalam kehidupan. Oleh karena itu, Ahlussunah Wal Jama’ah tidak menyukai kekerasan, permusuhan dan senantiasa menegakkan keadilan.
   
Tawazun
Artinya, sikap seimbang dalam pengabdian, baik dalam pengabdian kepada Allah swt, pengabdian kepada sesama manusia maupun kepada lingkungannya. Demikian pula keseimbangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
   
Tasamuh
Artinya, bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ (perbedaan fiqih) maupun dalam masalah keduniaan dan kemasyarakatan.
   
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Artinya, selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

Dengan adanya empat nilai Aswaja di atas diharapkan kehidupan umat Islam (khususnya NU) akan dapat terpelihara dengan baik dan terjalin secara harmonis, baik dalam lingkungan organisasi, maupun dalam masyarakat.

Demikian pula perilaku warga NU akan senantiasa terbentuk atas dasar paham Aswaja sebagai landasan untuk mencapai cita-cita dan tujuan, baik di bumi maupun di akhirat.

Senin, 24 Oktober 2011

PRINSIP IPNU-IPPNU

Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandaikan sebuah kebersamaan, karena itu perlu diikat dengan ukhuwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan setia kawan) yang kuat (al urwah al-wutsqo) sebagai perekat gerakan. Adapun gerakan ukhuwah IPNU-IPPNU meliputi:

Ukhuwwah Nahdliyyah
Sebagai gerakan yang berbasis NU ukhuwah nahdliyah harus menjadi prinsip utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain. Ini bukan untuk memupuk sektarianisme, melainkan sebaliknya sebagai pengokoh ukhuwah yang lain, sebab hanya kaum nahdiyin yang mempunyai sistem pemahaman keagamaan yang mendalam dan bercorak sufistik yang moderat dan selalu menghargai perbedaan serta gigih menjaga kemajemukan budaya, tradisi, kepercayaan dan agama yang ada.
Kader IPNU-IPPNU yang mengabaikan ukhuwah nahdiyah adalah sebuah penyimpangan. Sebab ukhuwah tanpa dasar aqidah yang kuat akan mudah pudar karena tanpa dasar dan sering dicurangi dan dibelokkan untuk kepentingan pribadi. Ukhuwah nahdliyah berperan sebagai landasan ukhuwah yang lain. Karena ukhuwah bukanlah tanggapan yang bersifat serta merta, melainkan sebuah keyakinan, penghayatan, dan pandangan yang utuh serta matang yang secara terus menerus perlu dikuatkan.

Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwah Islamiyah mempunyai ruang lingkup lebih luas yang melintasi aliran dan madzhab dalam Islam. Oleh sebab itu ukhuwah ini harus dilandasi dengan kejujuran, cinta kasih, dan rasa saling percaya. Tanpa landasan tersebut ukhuwah islamiyah sering diselewengkan oleh kelompok tertentu untuk menguasai yang lain. Relasi semacam itu harus ditolak, sehingga harus dikembangkan ukhuwah islamiyah yang jujur dan amanah serta adil.
Ukhuwah Islamiyah dijalankan untuk kesejahteraan umat Islam serta tidak diarahkan untuk menggangu ketentraman agama atau pihak yang lain. Dengan ukhuwah Islamiyah yang adil itu umat Islam Indonesia dan seluruh dunia bisa saling mengembangkan, menghormati, melindungi serta membela dari gangguan kelompok lain yang membahayakan keberadaan iman, budaya dan masyarakat Islam secara keseluruhan.

Ukhuwwah Wathaniyyah
Sebagai organisasi yang berwawasan kebangsaan, maka IPNU-IPPNU berkewajiban untuk mengembangkan dan menjaga ukhuwah wathoniyah (solidaritas nasional). Dalam kenyataannya bangsa ini tidak hanya terdiri dari berbagai warna kulit, agama dan budaya, tetapi juga mempunyai berbagai pandangan hidup.
IPNU-IPPNU, yang lahir dari akar budaya bangsa ini, tidak pernah mengalami ketegangan dengan konsep kebangsaan yang ada. Sebab keislaman IPNU-IPPNU adalah bentuk dari Islam Indonesia (Islam yang berkembang dan melebur dengan tradisi dan budaya Indonesia); bukan Islam di Indonesia (Islam yang baru datang dan tidak berakar dalam budaya Indonesia).
Karena itulah IPNU-IPPNU berkewajiban turut mengembangkan ukhuwah wathaniyah untuk menjaga kerukunan nasional. Karena dengan adanya ukhuwah wathaniyah ini keberadaan NU, umat Islam dan agama lain terjaga. Bila seluruh bagian bangsa ini kuat, maka akan disegani bangsa lain dan mampu menahan penjajahan –dalam bentuk apapun- dari bangsa lain. Dalam kerangka kepentingan itulah IPNU-IPPNU selalu gigih menegakkan nasionalisme sebagai upaya menjaga keutuhan dan menjunjung martabat bangsa Indonesia.

Ukhuwwah Basyariyyah
Walaupun NU memegang teguh prinsip ukhuwah nahdliyah, islamiyah dan wathaniyah, namun NU tidak berpandangan dan berukhuwah sempit. NU tetap menjunjung solidaritas kemanusiaan seluruh dunia, menolak pemerasan dan penjajahan (imperialisme dan neoimperialisme) satu bangsa atas bangsa lainnya karena hal itu mengingkari martabat kemanusiaan. Bagi IPNU-IPPNU, penciptaan tata dunia yang adil tanpa penindasan dan peghisapan merupakan keniscayaan. Menggunakan isu kemanusiaan sebagai sarana penjajahan merupakan tindakan yang harus dicegah agar tidak meruntuhkan martabat kemanusiaan.
Ukhuwah basyariyah memandang manusia sebagai manusia, tidak tersekat oleh tembok agama, warna kulit atau pandangan hidup; semuanya ada dalam satu persaudaraan dunia. Persaudaran ini tidak bersifat pasif (diam di tempat), tetapi selalu giat membuat inisiatif (berikhtiar) dan menciptakan terobosan baru dengan berusaha menciptakan tata dunia baru yang lebih adil,beradab dan terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun.

 Amanah
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap amanah mendapat tantangan besar yang harus terus dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran, baik pada diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah, karena itu pelakunya harus dikenai sangsi organisasi secara tegas. Amanah sebagai ruh gerakan harus terus dipertahankan, dibiasakan dan diwariskan secara turun temurun dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

Ibadah (Pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU-IPPNU, umat, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU-IPPNU bukan untuk mencari penghasilan, pengaruh atau jabatan, melainkan merupakan ibadah yang mulia. Dengan semangat pengabdian itu setiap kader akan gigih dan ikhlas membangun dan memajukan IPNU-IPPNU. Tanpa semangat pengabdian, IPNU-IPPNU hanya dijadikan tempat mencari kehidupan, menjadi batu loncatan untuk memproleh kepentingan pribadi atau golongan.
Lemahnya organisasi dan ciutnya gerakan IPNU-IPPNU selama ini terjadi karena pudarnya jiwa pengabdian para pengurusnya. Pengalaman tersebut sudah semestinya dijadikan pijakan untuk membarui gerakan organisasi dengan memperkokoh jiwa pengabdian para pengurus dan kadernya. Semangat pengabdian itulah yang pada gilirannya akan membuat gerakan dan kerja-kerja peradaban IPNU-IPPNU akan semakin dinamis dan nyata.

Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbu al-dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat pengabdian, karena dipenuhi pamrih duniawi. Maka, sikap zuhud adalah suatu keharusan bagi aktivis IPNU-IPPNU. Sikap ini bukan berarti anti duniawi atau anti kemajuan, akan tetapi menempuh hidup sederhana, tahu batas, tahu kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para salafus sholihin. Dengan sikap asketik itu keutuhan dan kemurnian perjuangan IPNU-IPPNU akan terjaga, sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini.

Non-Kolaborasi
Landasan berorganisasi non-kolaborasi harus ditegaskan kembali, mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka. Karena itu untuk menjaga kemandirian, maka IPNU-IPPNU harus menolak untuk berkolaborasi (bekerja sama) dengan kekuatan pemodal asing baik secara akademik, politik, maupun ekonomi. Selanjutnya kader-kader IPNU-IPPNU berkewajiban membangun paradigma (kerangka) keilmuan sendiri, sistem politik dan sistem ekonomi sendiri yang berakar pada budaya sejarah bangsa nusantara sendiri.

 Komitmen Pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan) organisasi. Karena itu seluruh anggota korp harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Demikian juga pimpinan, tidak hanya cukup menerima ideologi dan prinsip pergerakan semata, tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.
Segala kebijakan pimpinan haruslah mencerminkan suara seluruh anggota organisasi. Dengan demikian seluruh anggota korp harus tunduk dan setia pada pimpinan. Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada anggota korp. Sebaliknya, anggota juga harus berani bersikap terbuka dan tegas pada pimpinan dan berani menegur dan meluruskan bila terjadi penyimpangan.

Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya program, maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan, maka dibutuhkan kontrol terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan introspeksi diri). Kritik-otokritik ini bukan dilandasi semangat permusuhan tetapi dilandasi semangat persaudaraan dan rasa kasih sayang demi perbaikan dan kemajuan IPNU-IPPNU.

TUJUAN VISI DAN MISI NU

Suatu organisasi atau lembaga dapat berjalan dengan baik manakala mempunyai tujuan yang jelas. Dalam rangka mencapai tujuan, diperlukan visi dan misi yang diperinci dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. NU sebagai organisasi besar selalu bvercita-cita mewujudkan kesejahteraan umatnya dalam pembangunan nasional, memiliki tujuan, visi dan misi serat AD/ART yang pasti.

Tujuan
Tujuan didirikannya NU adsalah untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut salah satu dari mazhab empat (Hanafi, maliki, Syafi’I dan Hambali) serta mempersatukan lagkah para ulama’ beserta pengikut-pengikutnya dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat manusia.

Visi dan Misi

Nahdlatul Ulama’ mempunyai visi dan misi yang jelas sebagai jamiah yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah.

Visi NU
Visi NU yaitu menjadikan wadah perjuangan ulama’ dan pengikutnya yang bergerak dalam bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya Khoiru Ummah.

Misi NU
Dalam bidang agama mengupayakan terlaksananya ajaran islam yang menganut faham ahlussunnah wal jama’ah dan menurut salah satu mazhab empat dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.
Dalam bidang edukatif, mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengakaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam. Untuk membina umat muslim agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi, luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama bangsa dan negara.
Dalam bidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan, kesempatan, berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh berkembangnya ekonomi kerakyatan.
Dalam bidang usaha lain, mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khoiru Ummah.



BAPAK IPNU INDONESIA

 Lahir 10 september 1930 di malang, Pendidikan: SR-NU di Malang (1937), melanjutkan ke SMP Islam. Melanjutkan ke Taman Madya dan Taman Dewasa Raya (tingkat SLTA) dan tamat tahun 1951. Melanjutkan ke fakultas hokum, ekonomi, sosial dan politik (F-HESP) Gajah Mada tamat pada tahun 1964. Meraih gelar doctor dari kampus yang sama pada 17 Desember 1969. Membiasakan ikut Pesantren Ramadhan di Tebuireng dan Pesantren Lasem, Rembang.

Pengabdian: Sejak muda sudah memiliki bakat kepemimpinan yang menonjol. Ketika masih di SMP, dia sudah dipercaya menjadi sekretaris umum Ikatan Murid Nahdlatul Ulama (IMNU) untuk wilayah kota Malang, anggota organisasi Putra Indonesia, dan juga anggota pengurus Himpunan Putra Islam Indonesia di Malang. Pada tahun yang sama juga menjabat sekretaris Barisan Sabilillah untuk daerah pertempuran Malang selatan, sekaligus menjadi sekretaris bagian penerangan Markas Oelama Djawa Timoer (MODT).

Kegemaran organisasinya begitu tinggi. Semasa kuliah di Yogya, sederet jabatan penting organisasi juga disandangnya. Pernah menjabat ketua departemen penerangan PB PII, ketua I HMI Yogya, wakil panitia kongres persatuan perhimpunan mahasiswa Indonesia.

Dialah pencetus brdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dalam komperensi Ma’arif NU di Semarang (1954). Tercatat dia sebagai pendiri IPNU, sekaligus ditunjuk sebagai ketuanya yang pertama. Posisi itu terus bertahan hingga tiga kali muktamar selanjutnya.

Ketika NU menjadi partai politik, Tolchah dipercaya menjabat Ketua Wilayah NU Yogyakarta. Tahun 1958 dia diangkat menjadi anggota DPR utusan partai NU. Pada saat yang sama terpilih sebagai anggota Dewan pemerintah Daerah Yogya yang kemudian berubah menjadi Badan Pemerintah Harian (1958-1972)

Sejak 1963 menjadi dosen di IAIN Sunan Kalijaga. Kariernya meningkat menjadi Dekan Fakultas Usuluddin dan samapi menjabat Purek IAIN Sunan Kalijaga. Di sela kesibukannya sebagai dosen IAIN, ia juga mengajar di IKIP Yogya, IAIN Surabaya dan Akmil Magelang. Pernah menjadi Direktur Akademi Administrasi Niaga Negeri (1965-1975), Rektor Universitas Hasyim As’ari Jombang (1970-1983) dan Dewan Fakultas Hukum UNU Surakarta. Dia juga menjadi anggota Badan Wakaf UII, Badan Wakaf IAIN Suanan Kalijaga dan Badan Penyantun Taman Siswa Yogyakarta.

Wafat 20 Oktober 1986/ 17 Shafar 1406 dalam usia 56 tahun, dimakamkan di Dusun Dongkelan, Taman Tirto, Bantul, tak jauh dari makam K.H. Munawir dan K.H. Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta.

ARTI LAMBANG NAHDLATUL ULAMA'

Nahdlatul Ulama adalah merupakan jam’iyah yang didirikan di Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. Pertemuan itu, dihadiri oleh ulama se Jawa dan Madura dan diprakarsai oleh K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang sekaligus sebagai tuan rumah.

Lambang

Dalam Anggaran Dasar NU, Pasal 4, disebutkan “Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas n-u-lambanggaris katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.”

Arti Lambang

Gambar bola dunia
melambangkan tempat hidup, tempat berjuang, dan beramal di dunia ini dan melambangkan pula bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Gambar peta pada bola dunia merupakan peta Indonesia
bahwa Nahdlatul Ulama dilahirkan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan Negara Republik Indonesia.

Tali yang tersimpul
melambangkan persatuan yang kokoh, kuat; Dua ikatan di bawahnya merupakan lambing hubungan antar sesama manusia dengan Tuhan; Jumlah untaian tali sebanyak 99 buah melambangkan Asmaul Husna.

Sembilan bintang
yang terdiri dari lima bintang di atas garis katulistiwa dengan sebuah bintang yang paling besar terletak paling atas,
melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat manusia dan Rasulullah;
Empat buah bintang lainnya melambangkan kepemimpinan Khulaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Empat bintang di garis katulisitiwa melambangkan empat madzab yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Jumlah bintang sebanyak 9 (sembilan) melambangkan sembilan wali penyebar agama Islam di pulau Jawa.

Tulisan Arab “Nahdlatul Ulama”
menunjukkan nama dari organisasi yang berarti kebangkitan ulama. Tulisan Arab ini juga dijelaskan dengan tulisan NU dengan huruf latin sebagai singkatan Nahdlatul Ulama.

Warna hijau dan putih
warna hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia dan warna putih melambangkan kesucian.

TUJUAN VISI DAN MISI IPNU-IPPNU

Tujuan, Visi Dan Misi IPNU-IPPNU

Tujuan
Mempersatukan antar pelajar umum dan agama
Mengumpulkan anak-anak Nahdlatul Ulama’
Mengembangkan pengetahuan keagamaan dan umum
Mempersiapkan pemimpin NU dean bangsa di masa depan.
Mengembangkan Syariat agama islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Visi
Terwujudnya pelajar yang bertaqwa kepada allah SWT, berahklakul karimah, menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi, memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap tatanan masyarakat berkeadilan demokrasi atas dasar ajaran islam ahlussunnah Wal Jama’ah.

Misi
Pembianaan dan pembenrdayaan terhadap apara pelajar  dan santri, serta mempengaruhi pihak-pihak terkait dengan pembinaan dan pemberdayaan para pelajar dan santri

TRADISI ZIARAH KUBUR

 Buraidah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad tetah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah! Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.” (HR. At-Tirmidzi)

Dengan adanya hadits ini maka ziarah kubur itu hukumnya baoleh bagi laki-laki dan perempuan. Namun demikian bagaimana dengan hadits Nabi SAW yang secara tegas menyatakan larangan perempuan berziarah kubur?
Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW melaknat wanita yang berziarah kubur. (HR Ahmad bin Hanbal)

Menyikapi hadits ini ulama menyatakan bahwa larangan itu telah dicabut menjadi sebuah kebolehan berziarah baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi disebutkan:
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa hadits itu diucapkan sebelum Nabi SAW membolehkan untuk melakukan ziarah kubur. Setelah Rasulullah SAW membolehkannya, laki-laki dan perempuan tercakup dalam kebolehan itu. (Sunan At-TIrmidzi, [976]

Ibnu Hajar Al-Haitami pernah ditanya tentang ziarah ke amakam para wali, beliau mengatakan:
Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan melakukan perjalanan khisus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan. Demikian pula dengan perjalanan ke makam mereka. (Al-Fatawi al-Kubra al-Fiqhiyah, juz II, hal 24).

Ketika berziarah seseorang dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an atau lainya. Ma’qil bin Yasar meriwayatkan Rasul SAW bersabda: Bacalah surat Yasin pada orang-orang mati di antara kamu. (HR Abu Daud)

Maka, Ziarah kubur itu memang dianjurkan dalam agama Islam bagi laki-laki dan perempuan, sebab didalamnya terkandung manfaat yang sangat besar. Baik bagi orang yang telah meninggal dunia berupa hadia pahala bacaan Al-Qur’an, atau pun bagi orang yang berziarah itu sendiri, yakni mengingatkan manusia akan kematian yang pasti akan menjemputnya.

Minggu, 23 Oktober 2011

ARTI LAMBANG IPNU-IPPNU

ARTI LAMBANG IPNU


Warna hijau melambangkan subur, kuning melambangkan hikmah yang tinggi dan putih bermakna kesucian. Warna kuning di antara putih melambangkan hikmah dan cita-cita yang tinggi. 
Bentuk bulat bermakna kontinyu (terus menerus).
Tiga titik diantara kata I.P.N.U bermakna Islam, Iman,Ihsan.
Enam strip penggapit huruf I.P.N.U bermakna rukun man.
Bintang berarti ketinggian cita-cita.
Sembilan bintang: lambang keluarga Nahdlatul Ulama. (Satu bintang paling besar di tengah: Nabi Muhammad SAW. Empat bintang di kanan dan di kiri: KhulafaurRasyidin, yakni Abu Bakar as Shidiq ra, Umar bin Khatab ra, Utsman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra. Empat bintang di bawah: madzhab empat, yaitu Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafii).
Dua kitab: al-Quran dan Al-Hadits.
Bulu lambang ilmu.Dua bulu angsa bersilang melambangkan sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama islam.
Sudut bintang lima bermakna rukun islam.

ARTI LAMBANG IPPNU


Warna hijau : kebenaran, kesuburan serta dinamis. 
Wama putih : kesucian kejernihan serta kebersihan.
Warna kuning : hikmah yang tinggi/ kejayaan.
Segitiga : Iman, Islam dan Ihsan.
Dua buah garis tepi mengapit warna kuning: dua kalimat syahadat
Sembilan bintang: keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan
Satu bintang besar paling atas: Nabi Muhammad SAW.
Empat bintang di sebelah kanan: empat sahabat Nabi (Abu Bakar as, Umar Ibn Khatab as, Usman Ibn Affan as, dan Ali Ibn Abi Thalib as).
Empat bintang disebelah kiri: empat madzhab yang diikuti (Maliki, Hanafi, Syafii dan Hambali).
Dua kitab : Al-Quran dan Hadits
Dua bulu bersilang: aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir.
Dua bunga melati: perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama.
Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U. : rukun Islam

DATA POTENSI PAC Pecangaan

Data Potensial Ranting Se kecamatan Pecangaan
· Ranting Troso
· Ranting Karang Randu
· Ranting Kaliombo
· Ranting Pulau darat
· Ranting Pecangaaan Kulon
· Ranting Pecangaan Wetan
· Ranting Lebuawu
· Ranting Krasak
· Ranting ngeling

Data Potensial Komisariat se Kecamatan Pecangaan
· Komisariat MA Walisongo Pecangaan
· Komisariat MTs Walisongo Pecangaan
· Komisariat SMA Walisongo Pecangaan
· Komisariat MTs Al Muttaqin Rengging
· Komisariat MA Matholiul Huda Troso
· Komisariat MTs Matholiul Huda Troso

Alamat kantor : Gedung MWCNU Pecangaan, jalan Rahayu No 5 Pecangaan.

SUSUNAN PENGURUS IPPNU

SUSUNAN PENGURUS
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
PIMPINAN ANAK CABANG KECAMATAN PECANGAAN

Pelindung
Ketua MWC Muslimat Kecamatan Pecangaan
Pembina
Harozum, A.Md
Uswatun Khasanah
Maesaroh
Rukhaniah, S.HI
Nimatul Aliyah
Ketua
Sri Wahyuni
Sekretaris
Arifiani
Nailun Nikmah
Bendahara
Nur Seha Arum Z


Departement-Departemen

Departement Pembinaan dan pengembangan Organisasi
· Dwi Sulistiya wati
· Nor Atiqom
· Rokhisatun N
· Fatmawati 

Departement  Pendidikan dan pengembangan kader
· Siti Afisah
· Aisyah
· Aslihatul Lutfiyah
· Lidiawati

Depertement Pengembangan bakat dan Minat
· Alifatu rahmaniah
· Nor Rodiyah
· Eni Atmanegara
· Khonifatul Mutmainnah

Depertement Hubungan Masyarakat
· Dewi Khusniah
· Mardiyah
· Nurul Hidayah
· Siti Fitriyani

SUSUNAN PENGURUS IPNU


SUSUNAN PENGURUS
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
PIMPINAN ANAK CABANG KECAMATAN PECANGAAN

Pelindung
Ketua MWC NU Kecamatan Pecangaan
Pembina
Slamet Jono, S.Ag
H Abdul Qohar
Muslim Aisya, S.HI
Yahya Irsyadi
Mustain Syah
Ketua
Agus Siswanto
 Sekretaris
Abdul Jalil
Muhammad Mustai
Bendahara
Ali Muntaha

Departement-Departemen

Departement Pembinaan dan pengembangan Organisasi
· Muhammad Mustagfirin
· Muhlisin
· Jamaluddin
· Nur Ahsin

Departement  Pendidikan dan pengembangan kader
· Junaidi
· Ahyaul Fatah
· Minan
· Fathul

Depertement Pengembangan bakat dan Minat
· Ahmad Muthohar
· Ahmad syafii
· Fatihin
· Somarsono

Depertement Hubungan Masyarakat
· Khoirul Anam
· Khozin Wafa
· Wahid
· Miftahul Ulum

Sejarah Singkat Lahirnya IPNU-IPPNU

Pada dasarnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) didirikan sebagai organisasi pelajar dan santri. Pada awalnya, berdiri pada tahun 1954 dan 1955, ia didirikan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyin.

Menurut sejarawan dalam memahami peristiwa sejarah (Histirical Moment) ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu masa kini dan masa yang akan datang. Ketikan Konggres LP Ma’arif di Semarang tanggal 20 jumadi Akhir 1337 atau tanggal 24 Februari 1954 M. tholhah  Mansyur mengusulkan dibentuknya ikatan bagi pelajar NU, yang mana anggotanya adalah putra NU dan usulan tersebut diterima oleh forum, detik itu pula resmi IPNU dilahirkan dikota Semarang.

Seorang Mahasiswa UGM, Umroh Mahfodhoh mengadakan musyawarah di pondok pesantren Muallimat Solo untuk mengusahakan adanya pembentukan wadah bagi putra-putri NU.

Pada saat diadakan koggres IPNU I di Malang Jawa Timur pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955 yang dipimpin oleh Presiden Ir Soekarno disusulkan dibentuknya wadah putra putri Nahdlatul Ulama’, teryata usulan tersebut diterima oleh forum, maka pada tanggal 8 Rajab 1374 atau 2 maret 1955 IPPNU resmi didirikan dengan kepanjangan Ikatan Putri Putri Nahdlatul Ulama’.

Dalam perjalanan IPNU-IPPNU mengalami tiga fase perubahan, yang pertaman IPNU lahir berbasis pelajar dan santri, kedua IPNU-IPPNU berbasis umum, ketiga IPNU-IPPNU kembali kehabitatnya lagi. Ketika fase kedua IPNU-IPPNU satu persoalan yang cukup besar dimana  IPNU-IPPNU hampie kehilangan jati dirinya sebagai kader, dengan adanya tekanan yang dilakukan oleh rezim orde baru dengan strategi penerapan UU nomor 8 tahun 1985, yaitu tentang idiologi ormas yang menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas, serta dipolitisasi (penghapusan) dengan mewadahi semua OKP dalam KNPI.

Selain itu, dengan surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri yang salah satu poinnya berisi pelarangan organisasi kesiswaan selain OSIS dan Pramuka.

Dengan demikian akhirnya IPNU-IPPNU berbenah diri dan mengubah orientasi dalam garis perjuangan IPNU-IPPNU pasca berlakunnya Undang-Undang tersebut.

Obyektifitas diatas akhirnya teraktualisasi dalam keputusan konggres IPNU-IPPNU ke  X tahun 1998 di Jombang Jawa Timur. Huruf ‘P’, semula pelajar berubah menjadi ‘Putra’ (IPNU), Putra Putri (IPPNU) hal ini menjadikan segmentasi IPNU-IPPNU lebih luas.

Format baru pasca konggres X Jombang, IPNU-IPPNU mengalami masa konsolidasi ulang dalam bingkai pergulatan organisasi dan orientasi social, disadari maupun tidak perlauan orientasi ternyata berdampak kurang baik terhadap kinerja dan aktifitas IPNU-IPPNU secara institusional maupun secara operasional.

Secara konstitusional diartikan bahwa IPNU dapat dipandang sebagai organisasi kepemudaan di lingkungan NU. Secara operasional dilapangan menyebabkan tarik menarik dalam perebutan segmen anggota, bidang garap dan wacana. Karena dipandang tidak efektif, pada konggres IPNU 2000 di Makasar Sulawesi Selatan mengelaurkan deklarasi Makasar lewat rekomendasi komisi A (organisasi) mencetuskan keputusan

· Mengembalikan IPNU pada visi kepelajaran, sebagaimana tujuan awal

· Menumbuhkembangkan IPNU pada basis perjuangan yaitu sekolah dan pondok pesantren

· Mengembangkan Corp Brigade Pembangunan sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan pencinta alam.

Fase ketiga merupakan implementasi dari isi deklarasi makasar tahun 2000, tepatnya pada Konggres XIV di Sukolilo Surabaya pada tanggal 18-21 Juni 2003 IPNU-IPPNU kembali kebasis pelajar.


Jumat, 21 Oktober 2011

Latar belakang lahirnya Nahdlatul Ulama’

Pada dasarnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) didirikan sebagai organisasi pelajar dan santri. Pada awalnya, berdiri pada tahun 1954 dan 1955, ia didirikan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyin.

Menurut sejarawan dalam memahami peristiwa sejarah (Histirical Moment) ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu masa kini dan masa yang akan datang. Ketikan Konggres LP Ma’arif di Semarang tanggal 20 jumadi Akhir 1337 atau tanggal 24 Februari 1954 M. tholhah  Mansyur mengusulkan dibentuknya ikatan bagi pelajar NU, yang mana anggotanya adalah putra NU dan usulan tersebut diterima oleh forum, detik itu pula resmi IPNU dilahirkan dikota Semarang.

Seorang Mahasiswa UGM, Umroh Mahfodhoh mengadakan musyawarah di pondok pesantren Muallimat Solo untuk mengusahakan adanya pembentukan wadah bagi putra-putri NU.

Pada saat diadakan koggres IPNU I di Malang Jawa Timur pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955 yang dipimpin oleh Presiden Ir Soekarno disusulkan dibentuknya wadah putra putri Nahdlatul Ulama’, teryata usulan tersebut diterima oleh forum, maka pada tanggal 8 Rajab 1374 atau 2 maret 1955 IPPNU resmi didirikan dengan kepanjangan Ikatan Putri Putri Nahdlatul Ulama’.

Dalam perjalanan IPNU-IPPNU mengalami tiga fase perubahan, yang pertaman IPNU lahir berbasis pelajar dan santri, kedua IPNU-IPPNU berbasis umum, ketiga IPNU-IPPNU kembali kehabitatnya lagi. Ketika fase kedua IPNU-IPPNU satu persoalan yang cukup besar dimana  IPNU-IPPNU hampie kehilangan jati dirinya sebagai kader, dengan adanya tekanan yang dilakukan oleh rezim orde baru dengan strategi penerapan UU nomor 8 tahun 1985, yaitu tentang idiologi ormas yang menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas, serta dipolitisasi (penghapusan) dengan mewadahi semua OKP dalam KNPI.

Selain itu, dengan surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri yang salah satu poinnya berisi pelarangan organisasi kesiswaan selain OSIS dan Pramuka.

Dengan demikian akhirnya IPNU-IPPNU berbenah diri dan mengubah orientasi dalam garis perjuangan IPNU-IPPNU pasca berlakunnya Undang-Undang tersebut.

Obyektifitas diatas akhirnya teraktualisasi dalam keputusan konggres IPNU-IPPNU ke  X tahun 1998 di Jombang Jawa Timur. Huruf ‘P’, semula pelajar berubah menjadi ‘Putra’ (IPNU), Putra Putri (IPPNU) hal ini menjadikan segmentasi IPNU-IPPNU lebih luas.

Format baru pasca konggres X Jombang, IPNU-IPPNU mengalami masa konsolidasi ulang dalam bingkai pergulatan organisasi dan orientasi social, disadari maupun tidak perlauan orientasi ternyata berdampak kurang baik terhadap kinerja dan aktifitas IPNU-IPPNU secara institusional maupun secara operasional.

Secara konstitusional diartikan bahwa IPNU dapat dipandang sebagai organisasi kepemudaan di lingkungan NU. Secara operasional dilapangan menyebabkan tarik menarik dalam perebutan segmen anggota, bidang garap dan wacana. Karena dipandang tidak efektif, pada konggres IPNU 2000 di Makasar Sulawesi Selatan mengelaurkan deklarasi Makasar lewat rekomendasi komisi A (organisasi) mencetuskan keputusan

· Mengembalikan IPNU pada visi kepelajaran, sebagaimana tujuan awal

· Menumbuhkembangkan IPNU pada basis perjuangan yaitu sekolah dan pondok pesantren

· Mengembangkan Corp Brigade Pembangunan sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan pencinta alam.

Fase ketiga merupakan implementasi dari isi deklarasi makasar tahun 2000, tepatnya pada Konggres XIV di Sukolilo Surabaya pada tanggal 18-21 Juni 2003 IPNU-IPPNU kembali kebasis pelajar.

BELAJAR, BERJUANG DAN BERTAQWA

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More